Monash University Australia gelar FGD dalam Program Living Laboratory – Eco Tourism and Sustainability
TERNATE, Malutcenter.com – Mahasiswa Monash University Australia gelar Focus Group Discussion di Pendopo Bukit Pelangi, Kota Ternate (15/5/2023).
Isu yang menjadi fokus pembahasan yaitu, mengenai Eco-Tourism and Sustainability di Provinsi Maluku Utara. Sebelumnya mahasiswa pascasarjana, Monash University sudah beberapa hari tiba dan melakukan penelitian singkat dalam bentuk observasi di Maluku Utara.
Monash University Australia mengirim tiga mahasiswanya pada program tersebut diantaranya, Cindy Cupri dari program studi Master of Sustainability, Matt Mcculloch mewakili program Master of Public Policy serta Narelle Wilson yang diutus dari program Master of International Relations.
Mahasiswa tersebut dipandu langsung oleh Assistant Professor, Cyber Security of Monash University, Muhamad Erza Aminanto, Ph.D dan Nazlatan Ukhra Kasuba, B.Hs.
“Kedatangan Mahasiswa ini untuk belajar dan melihat secara langsung mengenai potensi agro dan eko wisata yang ada di Maluku Utara,” ungkap Muhamad Erza Aminanto, Ph.D.
Menurut Nazlatan Kasuba, kegiatan ini dalam rangka meningkatkan edukasi mengenai parawisata keberlanjutan dan ramah lingkungan.
Diskusi dihadiri oleh mahasiswa program studi parawisata Universitas Khairun, akademisi, Gerakan Ekonomi Kreatif (GEKRAFS Maluku Utara) dan tamu undangan lainnya.
Dari hasil observasi selama lima hari di Maluku Utara, mahasiswa Monash University menggelar focus group discussion (FGD) dalam bentuk presentasi hasil observasi yang memuat beberapa poin diskusi, mulai dari pembelajaran hingga rekomendasi pembangunan dalam aspek Eco-tourism and Sustainability.
Kegiatan selama lima hari di Maluku Utara, memberi pengalaman baru bagi mahasiswa Monash University Australia, baik secara sosial budaya, ekonomi, kuliner dan potensi pembangunan parawisita keberlanjutan.
“Yang ternyata mereka menyimpulkan bahwa beberapa tempat di Maluku utara juga menerapkan pariwisata berkelanjutan dan memiliki potensi agro dan eko wisata. Tinggal dikembangkan dan dikomunikasikan pada dunia luar,” tambah Muhamad Erza Aminanto, Ph.D
Ada empat tantangan dalam menunjang parawisata daerah menurut hasil riset mahasiswa pascasarjana, Monash University yaitu, komunikasi, biaya transportasi yang tinggi, hubungan budaya, dan dukungan dari pemangku kepentingan (stakeholder) dalam menunjang parawisata berkelanjutan di Maluku Utara dan pada khususnya Kota Ternate.
Kemudian rekomendasi yang ditawarkan mahasiswa tersebut ada dua metode yaitu, pembangunan jangka menengah dan jangka panjang. Dimana pembangunan jangka menengah berdasarkan Heart of The Spice Fores atau sejarah dan identitas kota sebagai penghasil rempah; Protect Natural Environment atau melindungi kawasan lingkungan hidup yang alami; serta memperluas keberlanjutan berbasis inisiatif masyarakat (Expand Sustainability Initiatives).
Sedangkan rekomendasi pembangunan parawisata berkelanjutan jangka panjang yaitu, Enage with Government atau keterlibatan pemerintah dan pengulangan keberlanjutan atas inisiatif masyarakat (Replicate Initiatives).
Diakhir diskusi salah satu mahasiswa, Matt Mcculloch menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam telah disambut baik oleh semua pihak selama berada di Maluku Utara.