Opini

Perempuan : Manusia Cerdas Berkepala Tujuh

 Oleh : Irawati Sabban

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya adalah Ibu Rumah Tangga memiliki dua orang anak, putri dan putra, disamping itu saya berprofesi sebagai dosen, dan sedang berjuang untuk menyelesaikan tugas akhir program doktoral pendidikan. Pengalaman menjadi dosen 5 tahun di salah satu perguruan tinggi swasta di Maluku Utara mengantarkan saya melanjutkan studi doktor di salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Barat. Melalui tulisan ini saya ingin memberikan opini tentang perempuan dengan segala peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu rumah tangga yang memiliki tugas lain di luar rumah.

Tulisan ini terinspirasi dengan opini yang di sampaikan oleh seorang guru besar Antropolinguistik FIB Universitas Khairun Ternate di Maluku Utara yaitu Prof. Gufron A. Ibrahim (2020). Opini beliau tentang dosen adalah manusia cerdas ‘berkepala tiga’. Beliau mendeskripsikan tugas utama dosen Indonesia bahwa untuk setiap tahunnya dosen melakukan tiga tugas yaitu mengajar, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat atau dikenal dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Data dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Tahun 2021 jumlah dosen aktif berdasarkan jenis kelamin perempuan berjumlah 129.061 dosen dan laki-laki 166.979 dosen. Tugas dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi di Indonesia yang diilustrasikan oleh beliau berlaku sama untuk perempuan dan laki-laki yang berprofesi sebagai dosen. Tulisan beliau memberikan benefit bagi setiap pembaca akan pesannya untuk selalu menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan penuh kesadaran baik dia laki-laki maupun perempuan. Dapat dibayangkan tugas dan tanggung jawab sebagai perempuan dengan memiliki tugas tambahan di luar rumah dengan berbagai profesi dan tanggungjawabnya.

Tulisan ini saya persembahkan kepada seluruh wanita Indonesia terkhusus untuk para Perempuan yang memiliki tugas tambahan di luar rumah. Perempuan wajib memiliki Pendidikan, agar tidak tertindas, diperlakukan tidak baik, tidak menjadi penyumbang angka kemiskinan, tidak direnggut akan hak nya sebagai manusia yang beragama. Kajian Islam tentang perempuan dapat kita pelajari melalui cabang ilmu yang membahas bagaimana perempuan menjalankan segala sesuatu, sesuai konsep dalam islam yaitu fiqih wanita. Perlu di ingat kembali bahwa seorang perempuan memiliki khodrat yang berbeda dalam keseharian sebagai seorang istri. Sebab kodrat adalah ketentuan dari Allah SWT sebagai seseorang yang beriman kepadaNya. Perempuan memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Beberapa diantarnaya, perempuan diberikan jalan memasuki surga lewat pintu manapun, perempuan diberikan kemuliaan untuk mengandung dan menyusui, Allah SWT menjanjikan surga dibawah telapak kaki ibu, dan masih banyak lagi kemuliaan lainnya. Begitu mulianya kedudukan perempuan dalam Islam, banyak kajian yang tertulis dalam buku-buku, riset atau penelitian, dan masih banyak lagi kajian-kajian perempuan yang dikemas secara ilmiah yang dibahas dari prespektif Al-Quran dan Al Hadist.

Saya mengutip sebuah tulisan dalam harian republika.co.id oleh Alkhaledi 7 maret 2021 bahwa yang dimaksud dengan kesetraan bukanlah kesamaan. Dalam Islam, kedudukan perempuan dan laki-laki adalah sama. Sama-sama makhluk Allah, sama-sama menyembah Allah, dan pahala mereka sesuai dengan ujian dan perbuatan mereka. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat At-Taubah ayat 71: ” Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kesetaraan perempuan dan laki-laki juga terlihat dalam Al-Quran surat Al-Nahl ayat 97 “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.

Meminjam Istilah Bang Mardigu (Bosman) kita hidup bernegara, dilindungi akan hak haknya atas undang-undang. Perempuan memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Perempuan memiliki indikator khusus dalam mengukur Indeks Pemberdayaan Gender (IDG). Begitu banyaknya tugas, peran, dan tanggung jawab bagi perempuan sehingga banyak para penulis yang berpendapat bahwa studi gender dapat dijadikan sebagai kajian ilmiah. Kembali pada topik utama tulisan ini. Dalam kamus bahasa Indonesia, perempuan diartikan sebagai perempuan dewasa, yang dapat menstruasi, hamil dan melahirkan anak dan menyusui. Sebagai perempuan yang memiliki tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karir dalam 1×24 jam ia melakukan tuganya dari terbitanya fajar sampai terbenam fajar tak mengenal lelah dan tak perna berakhir. Kesehariannya memiliki tujuh tugas utamanya antara lain: servant, cleaning, teacher, manager, leader, workers, dan thinker. Dimana dia harus mengurus kebutuhan anak dan suami, membersihkan rumah, mengatur keuangan rumah tangga, menjadi guru untuk anaknya, menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, bekerja membantu financial rumah tangga, dan pemikir. Perempuan seperti manusia cerdas berkepala tujuh yang melakukan tuganya berulang-ulang sepanjang hidupnya.

Walau dengan banyaknya tugas yang diembannya, semua perempuan juga manusia biasa yang membutuhkan pelindung bagi dirinya. Satu hal yang harus kita ketahui siapun dia (perempuan) membutuhkan pelindung dari laki-laki (QS Al-Baqarah 49 dan  QS Ibrahim ayat 6). Dalam menjalankan perannya sebagai seorang ibu rumah tangga yang memiliki tugas lain di luar rumah, ada beberapa yang unggul dalam tugas tertentu. Perempuan yang berhasil sebagai ibu rumah tangga dalam hal mendidik anak-anaknya, ada beberapa perempuan yang berhasil dalam dunia kerjanya. Akan tetapi ada beberapa perempuan yang gagal dalam rumah tangganya, ada beberapa yang tidak berhasil dalam melaksanakan tugas hariannya, dan akan berakhir pada masalah-masalah perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, bahkan perceraian. Seperti kata Dillan, rindu ini berat, begitu juga perempuan, kehidupan ini berat tanpa dukungan penuh dari lelaki yang mencintainya. Saat ini sudah banyak perempuan inspiratif yang memiliki profesi yang sama dengan laki-laki. Ada juga perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga yang fokus dalam membesarkan anak-anaknya, tak ada yang salah apapun pilihan hidupnya. Dalam Al-Quran mengatur batasan-batasan serta nilai-nilai etis bagi perempuan pekerja. Beberapa etika perempuan yang memiliki pekerjaan di luar rumah yang dapat dipatuhi antara lain; QS Al-Nur ayat 31 tentang kewajiban; QS Al-hujurat ayat 13 perempuan kaum sosial yang bersosialisasi;  QS surat Al-Isra ayat 37 sebagai pedoman berakhalak mulia; QS An-Nisa ayat 25 dalam menjaga kehormatan diri; QS surat AL-Isra ayat 84 pedoman bekerja berdasarkan profesionalitas; QS surat Al-Rum ayat 21 tentang menjaga tujuan keluarga sakinah; QS Ali Imran ayat 159 sebagai pedoman dalam menjaga musyawarah antara suami istri, dan tentang perempuan yang memiliki pekerjaan di luar rumah ada dalam QS Al-Qashash ayat 23 serta kepemimpinan salah seorang perempuan dalam QS Al-Naml surat 23.

Saya menyuarakan kepada suami-suami diluar sana sayangilah, berilah dukungan kepadanya, walau hanya kecil ia membutuhkan itu, entah apapun profesinya, entah dia hanya sebagai ibu rumah tangga yang tidak memiliki tugas tambahan di luar rumah. Percayalah dia adalah perempuan hebat yang mengibahkan seluruh kehidupannya kepada mu suami agar berhasil mendidik anakmu karena Allah SWT (QS Al-Nisaa’ ayat 34). Wasalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Irawati Sabban
Silahkan Berbagi: