Pendidikan

Sukses Launching Dan Diskusi Buku, Ini Harapan Direktur Buku Suba Institut

Ternatemalutcenter.com – Lembaga Riset Buku Suba Institut menggelar Launching dan Diskusi Buku dengan judul “Mengurai Kearifan Lokal Masyarakat Ternate” di Pandopo Hotel Bukit Pelangi, Kota Ternate, Jumat malam (08/12/23).

Launching dan diskusi buku itu menghadirkan tiga narasumber yang masing-masing terdiri dari dua penulis buku, yakni Karno M. Adam dan Bakri Ismail, serta Herman Oesman sebagai pembedah buku.

Buku yang bertajuk “Mengurai Kearifan Lokal Masyarakat Ternate” itu dicetak sebanyak 200 eksemplar.

Karno M. Adam selaku Direktur Buku Suba Institut dan sekaligus penulis buku tersebut mengatakan bahwa inspirasi menulis buku ini, karena melihat kondisi, misalnya budaya. Realitas saat ini, Ternate digempur oleh teknologi globalisasi, itulah yang memicu saya untuk menulis buku tentang kearifan lokal.

Karena bagi saya kita menulis, itu bagian dari jawaban, agar anak muda yang mengalami krisis pengetahuan dan peradaban budaya bisa terjawab dalam tulisan-tulisan itu,” jelasnya.

Pembukaan Launching dan Diskusi Buku Lembaga Riset Buku Suba Institut – Foto (Faisal)

Terpisah, Bakri Ismail juga sebagai penulis buku itu, mengatakan bahwa buku ini merupakan hasil riset tentang tradisi dan budaya di Ternate, kurang lebih 90 tradisi dan budaya yang ada, kami baru melaksanakan tiga. Pertama Tuala Lipa, Ngogu Adat (Makan Adat), dan Fere Kie (tradisi naik gunung).

Bakri juga mengatakan, tujuan menulis buku ini adalah berikhtiar menjaga budaya dan adat kita yang sudah mulai hilang, semoga dengan adanya buku ini bisa menjadi referensi untuk generasi berikut.

Adapun tanggapan Herman Oesman sebagai pembedah buku “Mengurai Kearifan Lokal Masyarakat Ternate” saat diwawancara menyampaikan bahwa diskusi buku tentang mengurai kearifan lokal masyarakat Ternate sebenarnya adalah pintu masuk yang telah dilakukan oleh kedua peneliti dan penulis, tentang bagaimana budaya lokal di Kota Ternate.

Herman Oesman juga menambahkan, di buku ini mengulas tiga kearifan lokal, pertama Tuala Lipa, kedua ngogu adat dan ketiga fere kie. Dari hasil diskusi tadi banyak hal yang tidak kita duga kita temukan dalam buku ini, itu bagus dan menjadi pemicu untuk mengembangkan kebudayaan Ternate menjadi lebih luas lagi.

Dan saya berharap bahwa buku ini bisa menjadi pembuka bagi kebijakan untuk bagaimana bisa menginternalisasikan budaya Ternate saat ini,” tutupnya. (Red)*

Silahkan Berbagi: