Mengangkat Kembali Kisah Alfath Syaban. Anak Asli Tobelo, Sopir Ojek Online Berhasil Kuliah S3 di Amerika
Ternate, Malutcenter.com – Barangkali menduduki bangku perguruan tinggi di luar negeri bukanlah hal yang biasa saja. Alfath Syaban menjadi inspirasi buat anak daerah, khususnya Kota Ternate dan umumnya Maluku Utara yang berasal dari keluarga sederhana. Niat dan usaha akan selalu membuka jalan bagi siapa saja yang berkeinginan sekolah. Titipkan doa diujung langit, Amerika Serikat terlalu dekat untuk diseberangi.
Berikut penggalan cerita Alfath Syaban, laki-laki Ternate, Maluku Utara yang berhasil meraih mimpinya di Kota Paman Sam.
Alfath menceritakan, saat masih duduk di bangku kuliah S1 tepatnya di semester empat, ia nekat menjadi driver ojek pangkalan demi mencukupi kebutuhan hidupnya yang tengah merantau dan menuntut ilmu di Universitas Samratulangi, Manado, dikutip laman www.indozone.id.
Narasi ini menceritakan tentang bagaimana perjuangan besar beliau selama menjaring hidup di Negeri orang. Tentunya kita dapat merenungi dan menjadikan pengalamannya sebagai sebuah napak tilas yang patut dicontohkan.
Menyambung cerita sebelumnya, ketika waktu senggang, beliau memanfaatkan untuk mengembangkan aktivitasnya sebagai driver ojek, antar jemput penumpang. Jalanan kota Manado jadi tempat menjajah kehidupan. Terik matahari hingga dinginnya hujan ia terjang demi sesuap nasi guna menyambung hidup di tanah rantau. Tak hanya bekerja ojek pangkalan, Alfath juga menyambi kerja di sebuah perusahaan catering di Kota Manado. Tugasnya saat itu serabutan, belanja bahan masakan hingga mengantar makanan ke pelanggan.
“Beli kambing di pasar, bawa ke tukang potong dan di antar lagi hasilnya ke tempat catering. Penghasilannya Rp100 ribu sampai Rp200 ribu, lumayan untuk biaya sehari-hari pas masih kuliah,” kata Alfath menceritakan kisahnya, diambil lama www.indozone.id.
Meneruskan ceritanya, alhasil perjuangannya tak sia-sia, ia akhirnya berhasil menuntaskan kuliah dan meraih gelar sarjana dari kampusnya. Tak berhenti sampai di situ, Alfath ingin mengubah nasibnya menjadi lebih baik pasca lulus kuliah, ia pun berusaha mencari kerja.
Tak kunjung mendapat pekerjaan yang diinginkan, ia kembali ngojek di pangkalan sembari menyiapkan diri mengikuti tes CPNS pada 2014, namun apa yang diinginkan tak berujung manis. Alfath pun nekat banting setir merantau ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi S2 pada program studi Perencanaan Kota dan Daerah di Universitas Gadjah Madah (UGM).
Selama kuliah S2 di UGM, beliau tetap mencari sampingan untuk menutupi kebutuhan membayar biaya kuliah dan makan minum sehari-harinya. Segala pekerjaan ia coba, mulai dari makelar kos-kosan mahasiswa hingga jual kaos sablonan. Tak peduli sehina apa pekerjaannya, yang baik menurutnya halal dan dapat mencukupi kehidupannya di tanah rantau.
Usahanya tak berujung hampa, ia pun kembali menggenggam ijazah S2 dari UGM pada 2016. Sambil mencari pekerjaan tetap, ia nekat mendaftar sebagai driver ojek online yang saat itu baru saja melebarkan usaha di Yogyakarta.
Hari-hari menjadi driver ojek online pun ia tekuni, mulai antar jemput penumpang hingga antar makanan pesanan dari pelanggan. Tak terasa satu tahun ia berprofesi sebagai driver ojek online di Yogyakarta.
Ia pun memutuskan kembali mencoba peruntungan mendaftar CPNS pada 2017. Hasilnya masih tetap nihil, ia kembali tak lolos seleksi. Dua kali gagal tes CPNS, tak membuat Alfath menyerah.
Ia mencoba peruntungan lain dengan melamar kerja sebagai pendamping desa. Untungnya, kali ini Tuhan tak menutup mata untuknya dan ditempatkan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Meski sudah punya pekerjaan tetap, namun ia tetap nyambi sebagai driver ojol di Manado. Bolak balik Minahasa Utara-Manado ia lakoni demi menyambung hidup.
Meski sudah bekerja, namun Alfath masih ingin melanjutkan studi S3. Tekadnya untuk sukses tak memutuskan niatnya melangsungkan kuliah. Berbekal informasi dari sang ibu, ia mendaftar beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan formasi Beasiswa Indonesia Timur.
Di luar dugaan, ia dinyatakan lulus sebagai Awardee LPDP di akhir 2017. Meski begitu, orang tua yang menginginkan anaknya sukses, ayahnya justru memintanya tetap tes CPNS satu kali lagi.
Di saat kondisi ayahnya mulai sakit-sakitan, akhirnya ia kembali mengikuti tes CPNS tahun 2018 tanpa banyak berharap akan lulus.
Dramatisnya, justru atas restu sang ayah, Alfath akhirnya lulus CPNS untuk posisi Dosen Asisten Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota di Politeknik Transportasi Darat Indonesia (STTD) di bawah Kementerian Perhubungan.
Meski sudah lulus CPNS, tak serta merta hidupnya menjadi lebih baik. Alfath justru tidak menerima gaji selama 6 bulan karena SK CPNS yang tak kunjung keluar. Ia pun harus pinjam uang ke sejumlah temannya demi bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sedihnya, ketika sudah menerima gaji pertama sebagai ASN, Alfath justru mendapat kabar pilu bahwa ayahnya di kampung halaman sedang sakit keras. Ia pun bergegas pulang ke Ternate dan menyaksikan langsung ayahanda tercinta menghembuskan napas terakhir di pangkuannya.
Di tengah suasana duka, kabar tak sedap datang dari kampus di Korea Selatan bahwa jurusan yang ia tuju untuk studi S3-nya ditutup karena pandemi Covid-19. Ia juga terbentur peraturan CPNS yang mewajibkannya bekerja minimal dua tahun sebelum mendapatkan izin belajar. Sedangkan LPDP belum tentu memberikan izin selama itu untuk para awardee yang hendak menunda keberangkatan perkuliahan.
Di luar dugaan, tiba-tiba semua kerumitan itu terurai satu per satu, dimana LPDP memberi kelonggaran kepada seluruh penerima beasiswa untuk menunda studi selama pandemi Covid-19. Selain itu turun surat dari Kemenpan RB khusus bagi CPNS yang mendapat beasiswa LPDP dimana mereka dibolehkan studi setelah menerima SK 100 persen yang kurang lebih memakan waktu satu tahun.
Akhirnya, Alfath mendaftar kuliah ke berbagai kampus negeri di Tanah Air. Sayangnya ia belum lolos, bahkan ia dicibir dan diremehkan oleh salah satu profesor saat seleksi wawancara di salah satu kampus negeri. Meski ditolak di empat kampus, ia tak patah semangat.
Ia nekat mendaftar ke berbagai kampus di Amerika Serikat. Beruntungnya, The University of Alabama memberikannya Letter of Acceptance (LoA) Unconditional dan menerimanya sebagai mahasiswa S3 jurusan Geografi dan Perencanaan dengan fokus Sistem Transportasi Perkotaan.
Kini, perjuangan jatuh bangun yang dirasakan Alfath berbuah manis. Ia telah sah menjalani potongan hidup baru sebagai mahasiswa S3 di Amerika dan akan bertualang secara akademis selama 4 tahun di Negeri Paman Sam.
Meski sudah sah menjadi mahasiswa S3 di Amerika, ia tetap tidak melupakan profesi masa lalunya sebagai driver ojol dan selalu membawa jaket ojol kebanggaanya itu saat keliling ke berbagai state di Amerika Serikat.
Cerita di atas sengaja Malutcenter.com angkat kembali, melalui laman www.indozone.id untuk dijadikan bahan evaluasi dan semangat baru buat generasi yang masih memiliki minat pendidikan tinggi. Agar tetap menjunjung tinggi usaha dan kerja keras dalam mencapai mimpi yang besar. Tak peduli jauh dan dekat mimpi kita, tapi seberapa besar usaha serta kemampuan untuk meraihnya.