Luka Fisik Lebih Nyaman Dari Pada Luka Hati: Kenali Self Harm, Solusi Sakit Hati Remaja Indonesia
Oleh : Laela Fitri Wahab – Mahasiswi
Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Institut Agama Islam Negeri Ternate
“Self harm bukan satu hal yang harus di remehkan. Jika kalian sekarang terjebak dalam self harm saatnya ketemu psikolog dan cari dukungan orang sekitar”
Dewasa ini, isu tentang kesehatan mental menjadi topik pembahasan yang selalu dibahas di kalangan remaja. Berbagai pendapat tentang bagaimana mereka mengatasi stress yang dihadapi dikemukakan. Diantaranya, pembahasan tentang solusi yang mereka lakukan untuk mengatasi stress emosional. Serta ada pula solusi yang ditawarkan dengan cara yang dianggap tidak wajar.
Setiap manusia memiliki masalah, ada tipe yang menutup erat dan ada tipe yang mau bercerita dengan harapan dapat meringankan beban. Namun beberapa orang memilih menyelesaikan masalah dengan hal yang tidak wajar. Orang dengan tipe penyelesaian yang tidak wajar ini meluapakn dengan cara tak biasa dan dianggap mebahayakan dirinya sendiri, salah satunya self harm.
Lalu, apa itu self harm?
Self harm atau self injury adalah bentuk penguapan emosi secara negatif contohnya menyakiti diri sendiri seperti menyayat kulit dengan benda tajam menarik-narik rambut atau bahkan menyudut kulit dengan bara api. Ada pula bentuk yang tidak terlihat contohnya seperti mengonsumsi alkohol, berhubungan seks tanpa pengaman dan berkendara secara brutal. Selama hal ini dilakukan dengan motif peluapan emosi negatif berarti itu masuk dalam kategori self harm.
Di Indonesia sendiri, menurut data dari survei YouGov Omnibus pada Juni tahun 2019 menunjukkan lebih sepertiga setara dengan 36,9% orang Indonesia pernah melukai diri mereka dengan sengaja. Dari persentase tersebut, prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok usia 18-24 tahun, dari demografi tersebut sebanyak 45% responden pernah melakukan self-harm, yang berarti 5 dari anak muda terdapat 2 anak yang pernah melakukan self-harm. Sementara 7% dari responden pernah melakukan self-harm dengan frekuensi rutin.
Sebenarnya alasan atau motif setiap orang berbeda-beda tergantung pada masalahnya, namun hal paling mendasar adalah stres emosional yang parah. Dan karena tidak tahu cara penyelesaiannya dan tidak tahu diluapkan seperti apa akhirnya self harm menjadi opsi.
Lalu apakah hal ini worth it untuk dilakukan? Jawabannya TIDAK. Self harm sendiri akan menambah masalah baru. Luka fisik yang timbul karena luka hati akan memperparah masalah. Timbulnya rasa benci ke diri sendiri, rasa jijik hingga hilangnya rasa respect ke diri sendiri. Bahkan parahnya jika terjadi siklus, yaitu rasa ingin menyakiti diri sendiri secara terus-menerus ketika mendapatkan masalah. Ketika terjadi siklus, di setiap siklus membutuhkan luka yang lebih dalam, lebih sakit lagi. Dan hal ini dikhawatirkan semakin memperparah perlakuan melukai diri sendiri dan akan terjadi kecacatan.
Lalu, kenapa kebanyakan remaja memilih melakukan salf hamr? Simpelnya dalam otak manusia ada satu hormon yang sama yang berperan di rasa sakit fisik dan emosional yang sama. Jadi timbulnya rasa sakit fisik diharapkan dapat menghilangkan rasa sakit yang lain.
Selain itu sulitnya mengeksperiskan emosi dan perasaan hingga ketidaktahuan mengungkapkan rasa trauma, tekanana priskologi hingga tidak memiliki solusi terhadap rasa kesepian membuat dorogan self harm ini semkain kuat.
Lalu bagaimana cara mengatasinya jika kita sudah tenggelam dalam siklus self hamr?
Self harm dapat menimbulkan efek kecanduan bagi pengidap. Namun, terdapat beberpa cara mengatasi atau menghilangkan keinginan untuk melakukan tindakan ini.
Bicarakan dengan orang terdekat. Dalam kondisi seperti ini, yang harus di lakukan adalah speak up atau cerita ke orang terdekat. Lalu bagaimana jika tidak ada orang yang dapat diajak untuk berbagi cerita? Cara lain dapat bercerita melalui tulisan atau video yang dikonsumsi secara pribadi.
Kenali Kondisi Diri. Biasanya tindakan seperti ini dilakukan pada saat-saat tertentu dan pada waktu waktu tertentu. Di temapt tertentu dan ada pula pemicu tertentu. Saat dorongan ini terjadi, singkirkan benda tajam atau benda yang bisa dilakukan untuk melakukan tindakan ini. Alihkan perhatian dan keluarlah dari ruangan untuk melihat suasana lain. Berbaur dengan orang lain dan nikmati suasana.
Carilah Alternatif Pengganti, jika dorongan itu telah muncul carilah alternatif seperti aktivitas fisik lain, joging, mencoret kertas, menulis atau bahkan aktivitas relaksasi lainnya.
Segera Cari Bantuan Profesional, jangan ragu ragu menacari bantuan professional. Seperti psikiater dan psikolog. Lalu apakah ada perbedaan antara curhat ke teman dan bantuan professional. Tentunya ada, bantuan psikolog atau psikiater lebih professional dari segi penanganan dan tanggapan terhadap isi cerita hingga terapi.
Ada pula bantuan diri sendiri. Bantu diri sendiri seperti menerima diri sendiri, berusaha mencintai diri sendiri dan memperbolehkan diri sendiri tidak sempurna tanpa mencap diri sendiri secara berlebihan.
Self harm bukan satu hal yang harus di remehkan. Jika kalian sekarang terjebak dalam self harm saatnya ketemu psikolog dan cari dukungan orang sekitar. Semangat dan percayalah kamu luar bisa dan aku yakin bisa! Mari cintai diri dan sayangi raga dengan menghindari perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri.
Editor : Abang KhaM