Menanti Langkah Strategis ‘Masih Aman’ Membangun Tidore Kepulauan
Oleh : Jainudin Ali, S.T.
Penulis adalah Komisioner KPU Kota Ternate Periode 2019-2024.
“Pada akhirnya, kepemimpinan bukanlah sekadar soal siapa yang duduk di kursi pemerintahan. Lebih dari itu, kepemimpinan adalah tentang bagaimana menjaga kesinambungan pembangunan dan membawa perubahan menuju arah yang lebih baik.” Abang Jas
Setiap pergantian kepemimpinan membawa harapan, tetapi juga menyisakan jejak sejarah yang harus dikelola dengan bijak. Tidore Kepulauan, dengan warisan maritim yang kaya, kini memasuki fase baru di bawah kepemimpinan Muhammad Sinen dan Ahmad Laiman untuk periode 2025-2030. Keduanya menggantikan Capt. H. Ali Ibrahim yang telah menahkodai kota ini selama dua periode sebelumnya. Transisi ini bukan sekadar pergantian nama dalam struktur pemerintahan, tetapi juga ujian keberlanjutan atas capaian yang telah dirintis serta mempersiapkan langkah-langkah strategis bagi masa depan.
Muhammad Sinen, yang selama dua periode menjabat sebagai wakil wali kota, sudah tidak asing lagi dengan dinamika pembangunan di Tidore. Selama masa kepemimpinan Capt. H. Ali Ibrahim, berbagai sektor infrastruktur mengalami kemajuan signifikan. Dermaga-dermaga yang dibangun telah menghubungkan berbagai pulau di Tidore Kepulauan. Peningkatan sektor transportasi menjadi pilar penting dalam memperkuat konektivitas, baik di tingkat lokal maupun antar-daerah. Tak hanya itu, sektor pendidikan dan kesehatan juga mendapatkan perhatian serius dengan peningkatan fasilitas pendidikan di berbagai tingkat dan penguatan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil.
Namun, di balik segala pencapaian tersebut, sejarah pembangunan Tidore Kepulauan tak lepas dari serangkaian tantangan. Salah satu ujian terbesar yang akan dihadapi oleh kepemimpinan Muhammad Sinen dan Ahmad Laiman adalah bagaimana menjaga efisiensi dalam pengelolaan anggaran. Kebijakan efisiensi berskala besar yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat tentu akan memberikan dampak signifikan, termasuk Kota Tidore Kepulauan. Ini adalah tahun-tahun dimana ujian berat harus dilewati. Karena itu, setiap langkah kebijakan yang diambil harus mampu menjaga keseimbangan antara kebutuhan daerah dan batasan anggaran yang ada.
Dalam menghadapi keterbatasan ini, kepemimpinan baru di Tidore Kepulauan harus mampu berinovasi. Diversifikasi sumber pendapatan daerah akan menjadi kunci. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang lebih optimal harus dicapai dengan menggali potensi-potensi ekonomi yang ada, terutama di sektor maritim. Sebagai daerah kepulauan yang memiliki sumber daya alam kelautan yang melimpah, potensi ekonomi maritim di Tidore sangat besar, mulai dari sektor perikanan, pelayaran, hingga pariwisata bahari. Peningkatan potensi ini tidak hanya dapat memperkuat ekonomi daerah, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
Selain sektor maritim, sektor pariwisata juga menjadi salah satu andalan daerah ini. Tidore, dengan kekayaan budaya dan sejarahnya, memiliki daya tarik yang sangat potensial untuk dikembangkan. Salah satu contohnya adalah peninggalan sejarah Kerajaan Tidore, yang merupakan bagian integral dari kekayaan budaya Indonesia. Mengoptimalkan sektor pariwisata akan membawa dampak yang luas bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Akan tetapi, untuk itu, dibutuhkan kebijakan yang dapat mendukung keberlanjutan sektor ini, dengan menjaga keseimbangan antara eksplorasi dan pelestarian.
Namun, tantangan dalam hal ekonomi tidak hanya terletak pada diversifikasi sumber pendapatan. Kepemimpinan yang efektif juga memerlukan kemampuan untuk mengelola dinamika sosial dan politik yang sering kali tak terduga. Seperti yang terjadi di banyak daerah, ekspektasi masyarakat terhadap pemimpin baru selalu tinggi. Pemimpin yang baru harus mampu menjaga stabilitas politik, menjaga agar konflik kepentingan yang muncul tidak mengganggu jalannya pemerintahan, dan merespons aspirasi masyarakat dengan kebijakan yang efektif dan tepat sasaran. Komunikasi yang terbuka dan transparan antara pemerintah dan publik akan menjadi salah satu kunci dalam menjaga kepercayaan masyarakat.
Penting juga untuk mencatat bahwa kepemimpinan di era globalisasi dan teknologi yang semakin pesat memerlukan adaptasi terhadap perubahan yang terus berkembang. Salah satu tantangan besar yang akan dihadapi oleh Ayah Erik dan Abang Laiman (Sapaan akrab Muhammad Sinen dan Ahmad Laiman) adalah meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di daerah. Program pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi masyarakat lokal, terutama di bidang teknologi, akan sangat penting dalam menghadapi tantangan ekonomi digital dan era global yang semakin kompetitif.
Di bidang pemerintahan, pemanfaatan teknologi informasi untuk memperbaiki birokrasi dan meningkatkan pelayanan publik juga harus menjadi prioritas. Digitalisasi sistem pemerintahan tidak hanya akan meningkatkan efisiensi, tetapi juga mempercepat akses masyarakat terhadap layanan yang mereka butuhkan, tanpa terhambat oleh jarak dan waktu.
Selain itu, sebagai lanskap sejarah yang menyimpan jejak kejayaan rempah dan peradaban maritim Nusantara, Kota Tidore membutuhkan perencanaan pariwisata yang matang. Karenanya, diperlukan political will dan kebijakan yang jelas agar kota ini mampu mengemas tradisi dan budayanya menjadi sesuatu yang hidup, bukan sekadar narasi masa lalu, tetapi pengalaman yang dapat disentuh, dirasakan, dan dialami oleh setiap pengunjung.
Kelurahan (kampung-kampung) yang masih menjaga adat dan budaya harus lebih dari sekadar saksi masa lalu, mereka harus menjadi ruang yang menghidupkan warisan itu dalam bentuk desa wisata. Di sinilah tantangan bagi pemimpin kota. Bagaimana membangun pariwisata yang berbasis budaya tanpa mengorbankan keaslian tradisi itu sendiri?
Membangun desa wisata tentu tidak cukup hanya dengan niat baik. Dibutuhkan strategi dan pendekatan yang tepat, termasuk merangkul investor yang dapat membantu membangun infrastruktur penunjang, seperti hotel dan penginapan. Namun, investasi harus diarahkan dengan bijak, bukan sekedar membangun beton dan kaca, tetapi menciptakan ruang yang tetap berpihak pada budaya lokal. Tidore, dengan kekayaan sejarah dan tradisinya, memiliki semua yang dibutuhkan untuk menjadi destinasi wisata budaya yang memikat. Yang diperlukan kini adalah keseriusan, visi, dan kemauan untuk menjadikannya nyata.
Dan menurut kami, kunci utama untuk mewujudkan visi dan misi membangun Tidore ‘Jang Foloi’ terletak pada komposisi kabinet yang akan dibentuk pasca pelantikan nanti. Kabinet ini harusnya diisi oleh individu-individu yang tidak hanya memiliki kapasitas, tetapi juga gagasan, keberanian, dan kemampuan berpikir visioner. Tujuannya jelas. Kabinet ini harus mampu menerjemahkan serta menjalankan visi, misi, dan program Ayah Erik dan Abang Laiman dengan penuh tanggung jawab dan ketegasan.
Pada akhirnya, kepemimpinan bukanlah sekadar soal siapa yang duduk di kursi pemerintahan. Lebih dari itu, kepemimpinan adalah tentang bagaimana menjaga kesinambungan pembangunan dan membawa perubahan menuju arah yang lebih baik. Setiap awal yang baru selalu menyisakan harapan, tetapi harapan saja tidak cukup. Harapan harus diiringi dengan kebijakan yang tepat, tindakan yang konkret, dan kepemimpinan yang visioner. Warga Kota Tidore Kepulauan kini menantikan langkah-langkah strategis yang akan diambil oleh pasangan Masih Aman dalam membawa daerah ini ke masa depan yang lebih gemilang.
Bagi kami, harapan tetap tinggi. Kepemimpinan Ayah Erik dan Abang Laiman adalah sebuah kesempatan emas bagi Tidore Kepulauan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Dengan komitmen yang kuat, kerja keras, dan kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan rakyat, masa depan Tidore Kepulauan dapat menjadi contoh nyata dari sebuah pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan. (**)
Editor: AbangKhaM|Malutcenter.com