Politik

Generasi Z Nepal dan Dinamika Politik: Jejak Sushila Karki yang kini Pimpin Pemerintah Nepal

Nepal dalam dua dekade terakhir menghadapi transformasi besar: dari monarki menjadi republik federal. Transisi politik ini menyisakan tantangan berupa instabilitas pemerintahan, korupsi, lemahnya supremasi hukum, dan keterbatasan lapangan kerja. Generasi Z – yang tumbuh di era digital pasca-konflik – mewarisi beban sekaligus peluang untuk mendorong perubahan.

Generasi muda Nepal kini banyak bersuara lewat media sosial, gerakan mahasiswa, dan inisiatif komunitas, menuntut transparansi, lapangan kerja layak, serta representasi politik yang lebih bersih. Namun, hambatan seperti kemiskinan, diskriminasi kasta, dan akses pendidikan yang belum merata masih membatasi ruang gerak mereka.

Baca Juga: Mbappé & Arda Güler Bawa Real Madrid Taklukkan Real Sociedad 2–1, Meski Bermain dengan 10 Pemain

Nepal menghadapi tingginya angka pengangguran sehingga banyak generasi mudanya, termasuk Generasi Z, terpaksa bermigrasi ke luar negeri untuk mencari pekerjaan. Korupsi yang merajalela serta budaya politik patronase menimbulkan krisis kepercayaan terhadap partai politik dan lembaga negara.

Ketidaksetaraan sosial masih kuat, terutama diskriminasi berbasis kasta, gender, dan etnis, yang membatasi partisipasi kelompok marginal. Minimnya representasi Generasi Z dalam pengambilan keputusan politik membuat aspirasi mereka sering terabaikan. Keterbatasan akses pendidikan dan peluang inovasi digital menahan potensi generasi muda Nepal untuk bersaing secara global.

Baca Juga: Aklamasi! Ardiansyah Fauji Jadi Ketua Askot PSSI Tidore, Janjikan Kebangkitan Persikota

Keunikan Pemilihan Sushila Karki
Sushila Karki menjadi catatan penting dalam sejarah Nepal karena pada 2016 ia diangkat sebagai Ketua Mahkamah Agung pertama yang perempuan. Pemilihannya unik karena lahir di negara dengan kultur patriarki yang kuat, namun ia berhasil menembus dominasi laki-laki dalam sistem hukum.

Berikut Profil Singkat Sushila Karki:
Lahir pada 7 Juni 1952 di Biratnagar, Nepal. Pendidikan terakhirnya ialah Gelar hukum dari Universitas Tribhuvan. Memiliki karier yang dikenal sebagai hakim yang independen dan berani mengambil putusan melawan korupsi serta penyalahgunaan kekuasaan. Rekam jejaknya cukup menarik, memimpin sejumlah putusan penting, termasuk kasus korupsi tingkat tinggi dan pelanggaran HAM. Memiliki citra publik yang baik sebagai simbol integritas, keberanian, dan emansipasi perempuan dalam dunia hukum Nepal.

Editor: AbangKhaM

Silahkan Berbagi: