Inspirasi

Ba Laor Di Laut Sula, Film Dokumenter Anak Yang Lulus World Premiere Di Ajang Jogja-Asian NETPAC Film Festival 2024

Kep. Sula – Film Ba Laor di laut Sula menjadi satu-satunya film dokumenter anak dari Maluku Utara yang lolos world premiere di ajang prestisius Jogja-Asian NETPAC Film Festival (JAFF) 2024, dan perdana ditayangkan di Empire XXI Yogyakarta pada tanggal 1/12/24 kemarin.

Film yang disutradarai oleh Siti Rodiah tersebut melalui proses pra-produksi yang cukup panjang mulai dari Maret hingga Juli. Dimana proses shooting Ba Laor berlangsung pada tanggal 16/09/24 sampai 23/09/24 di Desa Sama, Kecamatan Sulabesi Timur, Kabupaten Kepulaun Sula.

Selanjutnya, didampingi produser senior, Lianto Luseno tahap editing film dokumenter tersebut menghabiskan waktu 1 bulan.

Proses Suting Film Dokumenter Ba Laor di Laut Sula. Foto (istimewa)

Kepada awak media, Dedeh, perempuan asal Bogor yang merupakan tim dari film dokumenter tersebut mengurai tentang awal mula ide tari Ba Laor digarap.

Cerita tentang Tari Ba Laor awalnya kami dapatkan dari Rahman Samsudin (crew ba Laor) yang berdomisili di Sanana. Kemudian data lebih lengkap kami dapatkan dari wawancara bersama Aida Mawardah dan Rahmawati (PM 20 kab. Kep. Sula), serta riset langsung oleh sutradara film di desa Sama.” Jelas Dedeh.

Menurut crew film, tari Ba Laor dari Sula adalah tarian yang unik dan tidak ditemukan di daerah lain.

Tari Ba Laor menjadi tradisi unik yang khas dari Kepulauan Sula. Karena berdasarkan riset tim film, tidak ditemukan tarian yang sama di pulau lainnya yang didatangi migrasi Laor.” Jelasnya.

Foto Bersama Sutradara di Ajang Jogja-Asian NETPAC Film Festival 2024 (Istimewa)

Film Ba Laor adalah film dokumenter anak terpilih dari 150 ide film terdaftar, dalam program Layar Anak Indonesia (LAI) yang diselenggarakan indonesiana.tv kemendikbudristek RI.

Film Ba Laor berupaya mengenalkan kearifan lokal masyarakat Sula yang mengkonsumsi cacing laut (Laor), serta menyambut kedatangannya yang langka melalui tari Ba laor.
Selain itu, film ini juga menggambarkan dekatnya hubungan masyarakat Sula dengan alam dan lautnya.
Bahkan, dalam lirik lagu Ba Laor, masyarakat diajak untuk menjaga tradisi dan adat dengan menggunakan alat-alat tradisional yang terbuat dari bambu dan pelepah pohon kelapa ketika akan mengambil Laor.

Melibatkan langsung anak-anak SD Inpres Sama sebagai tokoh utama dalam film tersebut, Dedeh menyebutkan tentang tujuan dari pembuatan film.

Tujuannya mengenalkan Kepulauan Sula, tradisi dan kekayaan lautnya kepada khalayak. Memberikan tayangan yang positif bagi semua kalangan, khususnya anak-anak, serta memotivasi setiap orang untuk terlibat dalam melestarikan kebudayaan daerahnya masing-masing.” Sebut Dedeh.

Tokoh utama adalah tim tari Ba Laor SD Inpres Sama, yakni Putri, Marjan, Marlan, Chandra, Sara, Maryati, Narjun dan Winggo.” Tambah Dedeh.

Crew Film Dokumenter Anak Ba Laor Di Laut Sula. (Istimewa)

Dedeh berharap di masa mendatang lebih banyak lagi karya-karya hebat yang lahir di Maluku Utara.

Sula memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, anak-anak dari Sula memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Karenanya, kami berharap di masa mendatang, lebih banyak lagi karya-karya hebat yang lahir dari kreatifitas masyarakat Sula.” Harap Dedeh.

Dan semoga anak-anak Sula tetap mencintai serta melestarikan tradisi dan budaya yang dimilikinya. Tutupnya.

Perlu diketahui, produser dari film dokumenter ini adalah Gilang Akbar, Sutradaranya Siti Rodiah, tim Cameramannya adalah Nurtaqdir Anugerah, Editornya Panji Pangestu, Penata suara, Rahman Samsudin, serta asisten produksi ialah Haris Polpoke, M Ridho Lossen, Suharpin Kemhay dan Fauzan Gorontalo.(red)

Editor: AbangKhaM|Malutcenter.com

Silahkan Berbagi: