Opini

Kepemimpinan Berkelanjutan di Era Digital: Antara Nilai, Teknologi, dan Tanggung Jawab Sosial

Sustainable Leadership
Oleh: Syahrir Ibnu (Sosiolog Unkhair)

Disampaikan pada Pelantikan dan Rapat Kerja Ikatan Pelajar Mahasiswa Maba-Sangaji (IPMMS-HT) Halmahera Timur, Jumat, 24 Oktober 2025, di Aula Asrama Haji Ternate.

Sustainable Leadership: Antara Peluang dan Tantangan di Era Digitalisasi

“Setiap zaman melahirkan pemimpinnya, tetapi tidak setiap pemimpin mampu menjawab zaman.”
Kalimat reflektif ini menjadi pengingat bahwa kepemimpinan sejati bukan soal jabatan, tetapi kesadaran, integritas, dan kemampuan menanam nilai untuk masa depan.

Hari ini, kita hidup dalam era digitalisasi – masa di mana algoritma dan data menjadi bahasa baru peradaban. Di tengah derasnya arus perubahan, muncul kebutuhan akan model kepemimpinan berkelanjutan (sustainable leadership): kepemimpinan yang menumbuhkan, bukan sekadar mengatur; yang menginspirasi, bukan sekadar memerintah; yang menanam nilai, bukan sekadar memburu citra.

Baca Juga: Tarakani Fun Run 2025 Siap Guncang Galela! Ratusan Warga Bakal Ramaikan Puncak Sumpah Pemuda

Kepemimpinan di Tengah Revolusi Digital

Dunia digital mengubah cara kita berpikir, berkomunikasi, dan berjuang. Di tangan pemuda dan mahasiswa, teknologi menjadi medan baru ekspresi dan perjuangan nilai. Namun, digitalisasi juga menghadirkan paradoks: ia mempercepat informasi, tetapi melemahkan refleksi; membuka ruang partisipasi, namun kerap menjebak dalam ilusi eksistensi.

Maka, kepemimpinan di era ini bukan lagi soal siapa yang berkuasa, melainkan siapa yang mampu menavigasi perubahan dengan kebijaksanaan.
Pemimpin sejati bukan mereka yang paling lantang berbicara di panggung, tetapi yang mampu mendengar suara paling sunyi dari masyarakatnya. Kepemimpinan berkelanjutan adalah upaya menyatukan etika dan strategi, spiritualitas dan teknologi, tradisi dan inovasi.

Baca Juga: Ratusan Warga Tumpah Ruah di Galela! ‘Tarakani Fun Run’ Bakar Semangat Sumpah Pemuda 2025

Tiga Pilar Kepemimpinan Berkelanjutan

  1. Keberlanjutan Nilai
    Pemimpin harus menjaga integritas dan moralitas di tengah arus pragmatisme digital. Nilai adalah jangkar agar tidak terombang-ambing dalam budaya instan yang menyanjung citra di atas substansi.
  2. Keberlanjutan Sosial
    Kepemimpinan berkelanjutan berarti memastikan setiap keputusan membawa manfaat kolektif. Pemimpin sejati menanam pohon yang buahnya mungkin tak ia nikmati, tetapi meneduhkan banyak orang.
  3. Keberlanjutan Ekosistem
    Dunia digital tidak boleh menjauhkan manusia dari alam dan sesamanya. Teknologi harus memperkuat koneksi sosial, bukan menumbuhkan isolasi. Di sini, kepemimpinan menjadi jembatan antara kemajuan teknologi dan nilai kemanusiaan.

Dari Maba-Sangaji untuk Masa Depan

Kepemimpinan lahir dari konteks sosialnya. Di Halmahera Timur, nilai-nilai Sangaji telah membentuk karakter pemimpin yang berani, bijaksana, dan bertanggung jawab sosial. Namun, era digital menantang nilai-nilai ini dengan budaya instan dan pencitraan semu.

Hari ini, kita lebih sibuk mengelola feeds daripada memperbaiki fundamentals, lebih sibuk mengejar likes daripada membangun legacies. Di sinilah ujian sejati kepemimpinan berkelanjutan: mampukah kita tetap teguh di tengah gemuruh dunia maya?

Baca Juga: Pemuda Bersatu! KNPI Halut Gelar Musda VII, Wabup Kasman: Saatnya Pemuda Jadi Penggerak Perubahan

Refleksi: Dari Self-Leadership ke Network Leadership

Kepemimpinan sejati dimulai dari kemampuan memimpin diri sendiri – mengatur waktu, menata batin, menjaga integritas. Pemimpin yang gagal menaklukkan egonya, akan dikalahkan oleh ambisinya sendiri.

Era digital juga menciptakan bentuk baru kepemimpinan: network leadership. Setiap individu kini bisa menjadi pemimpin melalui gagasan, kolaborasi, dan tindakan. Kepemimpinan tidak lagi monopoli satu figur, tetapi hasil jejaring kepercayaan dan solidaritas digital.

Namun di sisi lain, dunia maya melahirkan ancaman baru – disinformasi, polarisasi, dan krisis kepercayaan. Di sinilah peran mahasiswa dan pemuda menjadi penting: menjadi penjaga nalar publik, penuntun arah moral di tengah banjir informasi.

Baca Juga: Pemkab Haltim Mulai Evaluasi Pejabat Eselon II, Siapa yang Layak Dipertahankan?

Pemimpin yang Menyala, Bukan Sekadar Bersinar

Sustainable leadership membutuhkan dua kekuatan: kesadaran reflektif dan komitmen aksi.
Kesadaran untuk membaca perubahan tanpa kehilangan jati diri, dan komitmen untuk bertindak dengan nilai-nilai kebaikan.

Kepemimpinan sejati adalah perjalanan spiritual – menuntut ketenangan batin di tengah hiruk pikuk dunia, dan kesadaran bahwa setiap keputusan membawa konsekuensi sosial. Pemimpin harus menguasai teknologi tanpa diperbudak olehnya – memimpin algoritma, bukan dipimpin algoritma.

Penutup: Menanam Nilai, Menyambut Masa Depan

Kita tidak bisa menghindari masa depan, tetapi kita bisa menyiapkan nilai-nilai untuk menyambutnya.
Jadikan IPMMS-HT sebagai ruang tumbuh bagi pemimpin berkelanjutan – yang menanam nilai di bumi Halmahera dan menebar cahaya ke seluruh Nusantara.

Dari Maba-Sangaji, dari tanah para pemikir dan pejuang, kita belajar bahwa masa depan tidak sedang menunggu, tetapi sedang kita bentuk hari ini.

Editor: AbangKhaM

Silahkan Berbagi: